“Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada senin (2/3/2020) mengumumkan kasus virus corona pertama kali ditemukan di Indonesia dengan 2 jumlah kasus positif.”
Terdengar suara reporter membacakan berita dari televisi swasta nasional.
Aku bergegas ke ruang tengah ingin mengetahui berita selengkapnya.
Kuraih remote kontrol mencari saluran tv lainnya.
Hampir semua siaran tv nasional berisi breaking news tentang kasus Covid-19 pertama di Indonesia itu.
Berdesir dalam hati begitu tahu kebenaran beritanya.
Terucap lirih mengingat Dzat Yang Maha Kuasa,Yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan sambil memohon :
“Ya Allah…Inna Lillahi Wa Inna Lillahi Roji`un. Selamatkan kami dari penyakit yang berbahaya dan dari segala keburukan.”
Terbayang dalam ingatan bagaimana sejak empat bulan lalu wabah itu menjadikan kota Wuhan di Cina sebagai kota mati yang ditakuti manusia di muka bumi.
“Assalamu Alaikum”
terdengar suamiku mengucapkan salam masuk ke rumah.
“ Wa`alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” jawabku sambil meraih tangan kanannya.
“Berita apa itu,mi? tanya suamiku sambil rebahan di kursi.
“Bi, ternyata kasus Covid-19 sudah ada di Indonesia” kataku menjelaskan sambil menghidangkan minum untuknya.
”Inna Lillahi wa Inna Lillahi Roji`un…qadarullah wa ma syaa`a fa`ala” suami berkata lirih dengan kalimat istirja`.
Sampai beberapa hari kemudian semua media sosial menayangkan berita Covid-19 untuk mengedukasi masyarakat agar menjaga kebersihan,meminimalisir interaksi dengan orang lain dan meningkatkan kekebalan (imunitas) tubuh agar tidak terinfeksi virus corona.
*
Dalam perjalanan naik kendaraan umum menuju tempat mengajar kubuka smartphone yang dimasukan dalam tas begitu terdengar panggilan telpon.
Di ujung telpon terdengar ibu pengurus sebuah organisasi wanita tempatku dipercaya mengajarkan ilmu di majelis taklim sebuah komplek perumahan, memberitahukan dengan lirih bahwa karena wabah Covid-19 membahayakan, maka mulai hari senin pekan depan pengajian diliburkan dulu sementara waktu dan akan dimulai kembali pada awal Ramadhan secara online.
Kusetujui dengan lirih pula diiringi ucapan doa keselamatan untuk semua ibu majelis taklim dan keluarganya.
Smartphone masih dalam genggaman, kusempatkan membuka kanal berita media online di google.
“Kementerian Agama akhirnya ikut menerapkan Work From Home (WFH) setelah kasus Covid-19 terus meningkat hingga mencapai 686 orang pada selasa 24 Maret 2020.”
Kubaca berita itu dengan seksama karena ini menyangkut instansi tempatku berdinas.
Muncul kekhawatiran akan nasib anak-anak didik ku yang sebentar lagi menempuh Ujian Madrasah.
Mengingat ada materi pelajaran yang belum tuntas disampaikan.
Mengingat akan tanggung jawab menghantarkan mereka meraih kelulusan di akhir tahun pelajaran.
“Menteri Agama Fachrul Razi mewajibkan semua ASN baik di Kementerian maupun lembaga di bawah Kemenag bekerja di rumah mulai Rabu,25 Maret 2020”
tertulis pengumuman resmi di grup Humas madrasah tempatku berdinas .

“Anak-anak 8H yang dirahmati Allah..
ibu sampaikan pengumuman resmi dari madrasah.
Bahwa mulai tanggal 25 Maret 2020 Kegiatan Belajar Mengajar dilaksanakan secara online atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Oleh karena itu,ibu meminta kepada semua siswa kelas 8H agar memiliki WhatsApp untuk komunikasi selama PJJ.”
Kutulis pengumuman di WA grup kelas.
“Waalaikumus salam. Kenapa online,bu?” tanya Gita muridku yang pintar.
“Waalaikumus salam.berarti kita ora mangkat sekolah,bu?” tanya Rasya si rambut ikal.
“Bu,baka kita beli due hp dewek tapi pake hape paman,priben?”
si Fahri menimpali
“Anak-anak, ibu akan umumkan lagi tentang jadwal PJJ setelah mendapatkan jadwal resminya dari sekolah.
Ibu ingatkan selama kalian belajar di rumah, jangan lupa shalat lima waktu, shalat dhuha, membaca al Quran, membantu orang tua dan menjaga kesehatan dengan mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan memakai masker.”
Kuakhiri komunikasi sebagai wali kelas dengan bimbingan kebiasaan baik untuk anak-anak didik.
Terdengar bunyi dering ponsel di meja ku.
“Kepada bapak dan ibu guru yang mengajar di kelas 9 dimohon untuk membuat naskah soal UM bentuk PG sebanyak 25 soal dalam format word”
wakil kepala madrasah bidang kurikulum menugaskan melalui grup humas madrasah.
“Tugas lembur akhir tahun seorang pendidik sudah dimulai”

gumamku dalam hati sambil membuka file-file soal ujian.
Tahun pertama Ujian Madrasah secara online dilaksanakan dengan baik walaupun dalam bayang-bayang kekhawatiran dampak buruk Covid-19.
Sampai akhir tahun pelajaran 2019/2020 PJJ dengan segala keterbatasan waktu,media dan output pembejaran bisa terlaksana dengan penuh perjuangan antara guru,siswa dan orang tua.
*
“Diberitahukan kepada yang terhormat orang tua santri PPTQ Al Hikmah Putri bahwa sehubungan dengan meningkatnya kasus Covid-19, maka yayasan memutuskan tidak ada perpulangan santri pada liburan semester ini.”
terbaca jelas pengumuman dari yayasan pesantren tempat putri-putriku menuntut ilmu di luar kota dari grup wali santri.
Ada basah di pelupuk mata.
Berharap liburan sekolah bisa bertemu dan berkumpul dengan ketiga putriku di rumah setelah enam bulan tak bertemu.Tapi Allah tak berkehendak karena pandemi yang membahayakan kesehatan diri. Dan penduduk negeri.
“Ummi,teteh padahal pengen liburan ke Bandung.Eh,malah ga libur.Tapi ga apa-apa lah.semoga akhir tahun bisa ke Bandung ketemu nenek” putri sulungku merajuk di ujung telpon.
“ Teteh, banyak berdoa saja.Teteh dan teman-teman sedang menjaga ayat-ayat Allah. Semoga Allah SWT menjaga dan menyelamatkan kita semua dari wabah ini.In syaa Allah nanti jika sudah aman pasti bisa liburan di Bandung.”
kataku menghiburnya
*
“Assalamu Alaikum ibu.mau tanya besok berangkat ke sekolah memakai seragam apa?”
Mar`atus Shalihah kelas 7B japri malam hari .
“Bu,besok berangkat enggak?” si Ega bertanya di grup kelas.
“Iya bu,berangkat enggak” tanya Farhan meminta kejelasan
“Kita mah keder baka belajar online kuh.enakan belajar ning kelas”
sambil tersenyum kubaca chat Chelsea dengan memasang emoticon
“Bener.enakan belajar dewek di kelas kaya ning SD.” timpal Handika menyetujui.
Setiap hari awal tahun pelajaran baru 2020/2021 banyak chat wa siswa-siswi kelas 7 yang ramai masuk di grup kelas dan japri.
Mereka murid baru yang bertanya tentang ini dan itu.
Dijelaskan sekali dua kali tentang pembelajaran jarak jauh, masih bertanya tiga empat kali.
Hal ini secara psikis membuat guru merasa lelah dan pusing dengan kebiasaan baru pembelajaran jarak jauh di masa pandemi ini.
Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan makna hidup, tujuan pembelajaran dan hakikat kemanusiaan.
Pemberlakuan kebijakan physical distancing (menjaga jarak fisik) yang kemudian menjadi dasar pelaksanaan belajar dari rumah dengan pemanfaatan teknologi informasi, telah membuat beban bagi pendidik,siswa,orang tua bahkan semua orang dalam rumah.
*
“Assalamu alaikum.ibu mohon maaf mengganggu.mau minta link mata pelajaran Seni Budaya dan Fiqh yang belum dishare ibu di grup kelas!”
kubuka chat Nindya kelas 9A.
“Ibu-ibu sudah pernah mengajar via zoom meeting,belum?”
tanya bu Aminah di grup khusus ibu-ibu guru
“Belum bu.Room zoom nya sudah punya sejak tahun lalu.Tapi link nya belum dishare ke anak-anak.In syaa Allah rencana pekan depan mengajar via zoom.”
balasku bersemangat
“Ibu-ibu gimana sih, cara membuat zoom itu?” tanya bu Irma
“ Iya…tolong dong orang tua ajarin.” timpal bu Ulya guru senior kami
“ Aduh keder temen,ya. ngajar zaman kien.Guru banyak tugas ini itu” bu Tanti mengeluh
“Jangan keder,ibu.Kita disuruh banyak belajar hal baru.Karena kita ternyata jadi merasa belum banyak ilmu.
Yuk ibu-ibu kita beradaptasi kebiasaan baru dalam mengajar.
Semangat menuntut ilmu lagi”
kataku menyemangati diri dan ibu-ibu guru lainnya.
*
Dua tahun pandemi melanda negeri tanpa tahu kapan berlalu.
Memaksa kita untuk melihat kenyataan bahwa dunia sedang berubah.
Perubahan itu mengharuskan kita untuk bersiap diri, merespon dengan sikap dan belajar hal-hal baru.
Sebagai orang beriman pasti memahami hakikat musibah.
Banyak hikmah pembelajaran dalam kehidupan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya dari pandemi Covid-19 ini..
Teknologi informasi yang berkembang sejak pandemi, menjadi ilmu baru bagi guru bahwa pembelajaran tidak harus di dalam kelas dan tidak harus berupa tugas di selembar kertas.
Semua guru harus bisa mengajar jarak jauh dengan menggunakan teknologi.
Sehingga peningkatan kompetensi pendidik untuk menggunakan aplikasi pembelajaran jarak jauh menjadi mutlak dilakukan.
Semoga Allah Yang Maha Kuasa berkehendak dengan segera menghilangkan wabah Covid-19 dari muka bumi.
Sehingga pandemi berlalu, guru dan siswa bisa bertemu.
Petemuan tatap muka sudah dirindu.
Indramayu,22 Juli 2021/12 Dzulhijjah 1442
Qurotul Aeni,S.Ag, guru Al Quran Hadis di MTsN 7 Indramayu- Jawa Barat